Nyastra
Tiba-aku aku ingin menulis seperti seorang penyair, bukan apa-apa, aku akhir-akhir sering mendengar kata-kata puitis, baik yang aku baca dikoran maupun yang aku dengar di radio. Entah kenapa kata-katanya jadi begini, aku tidak tahu, yang aku tahu, aku merangkainya berdasarkan apa yang pernah aku baca dan dengar.
begini kalimatnya : kuletakkan luka bersama perihnya, kutinggalkan duka bersama bayang-bayangnya. Tapi entah kenapa luka itu menganga kembali dari hati dan bayang-bayang surah slalu datang dalam setiap mimpi. Kugapai bintang dengan asaku, kujalani hidup dengan terangku tapi ini semua tidaklah mudah, berapa banyak telah kukorbankan asa tapi semua…ah sudahlah !
Posted on 4 Agustus 2008, in opini. Bookmark the permalink. 5 Komentar.
wah, kata-katanya asoy geboy!
SukaSuka
Heran juga, setelah jadi aku baca lagi, wih…ternyata aku punya bakat sastra
*kepalanya jadi besar nih….:-)
SukaSuka
nunggu mood nulis dateng mang susah. kadang di mood mood in masie aja susah….beruntung lah yang lagi dapeat mood
SukaSuka
asa tak kan habis, tak kan punah, hanya saja,, mau tidak km menjaga si asa?
luka pun takkan mnganga lagi andai km bisa menjaga bekas luka itu, di obati setiap hari sampai benar-benar sembuh, jangan km menyenggol sebilah pisau dengan luka yang telah tertutup rapat itu, jika kamu tak ingin si “luka” kembali menganga,,,
kalau perlu panggil dokter BROW!!! wekekek
ngaciiiiiiiiir….!!!!!!
SukaSuka
@gendut: Orang yang berani terluka, katanya itu kuat
SukaSuka